Senin, 18 September 2017

Peninggalan Sejarah Kepulauan Riau

Peninggalan Sejarah Kepulauan Riau
1.                   Gurindam Dua Belas
Gurindam Dua Belas ditulis oleh Raja Ali Haji di Pulau Penyengat, Riau, pada tarikh 23 Rajab 1263 Hijriyah atau 1847 Masehi dalam usia 38 tahun. Karya ini terdiri atas 12 Fasal dan dikategorikan sebagai “Syi‘r al-Irsyadi” atau puisi didaktik, karena berisikan nasihat dan petunjuk menuju hidup yang diridhoi Allah.  Selain itu terdapat pula pelajaran dasar Ilmu Tasawuf tentang mengenal “yang empat” : yaitu syari‘at, tarikat, hakikat, dan makrifat. Diterbitkan pada tahun 1854 dalam Tijdschrft van het Bataviaasch Genootschap No. II, Batavia, dengan huruf Arab dan terjemahannya dalam bahasa Belanda oleh Elisa Netscher.
2.                   Mesjid Penyengat
Sejarah PembangunanMasjid yang menjadi kebanggaan orang Melayu ini didirikan pada tanggal 1 Syawal 1249 H (1832 M), atas prakarsa Raja Abdurrahman, Yang Dipertuan Muda Riau VII. Pelaksanaan pembangunannya melibatkan seluruh lapisan masyarakat di kerajaan Riau, yang bekerja siang malam secara bergiliran.Di dalam masjid, tersimpan kitab-kitab kuno (terutama yang menyangkut agama Islam), bekas koleksi perpustakaan yang didirikan oleh Raja Muhammad Yusuf al Ahmadi, Yang Dipertuan Muda Riau X. Benda menarik lain yang terdapat dalam masjid adalah mimbar indah dan kitab suci al-Quran tulisan tangan.
Lokasi Masjid ini terletak di Pulau Penyengat Indera Sakti, Kecamatan Tanjung Pinang Barat, Kepulauan Riau, Indonesia. Pulau Penyengat berukuran sekitar 2×1 km, berjarak sekitar 2 km dari Tanjung Pinang, dengan jarak tempuh sekitar 15 menit dengan perahu motor. Masjid Sultan Riau ini terletak di pelataran. Kemungkinan, lokasi tersebut bekas bukit kecil yang diratakan, dengan tinggi sekitar 3 meter dari permukaan jalan. Untuk naik ke masjid, dibuat tangga yang cukup tinggi. LuasMasjid ini berukuran 18×19,80 m, sementara luas lahannya sekitar 55×33 m.
Arsitektur Dalam kompleks masjid, dari tangga hingga mihrab, terdapat unit bangunan yang terpisah-pisah, masing-masing dalam posisi simetris.Dari tangga, terdapat jalan setapak pada sumbu tengah dari unit bangunan simetris tersebut. Di halaman kiri dan kanan masjid,ada bangunan berdinding beratap limasan batu.Masyarakat setempat menyebut bangunan kembar tersebut dengan nama sotoh. Tempat ini berfungsi sebagai tempat permusyawaratan para ulama dan cendekiawan.
Selain itu, juga terdapat bangunan kembar di sisi kiri dan kanan, masing-masing berbentuk persegi empat panjang. Sisi terpanjangnya sejajar dengan arah kiblat. Kedua bangunan ini semacam gardu, tapi besar dan panjang tak berdinding, mempunyai kolong, dengan konstruksi terbuat dari kayu. Pintu utama masuk masjid berada di tengah, menjorok ke depan seperti beranda (porch) dan diatapi kubah. Di tiap sudutnya terdapat pilaster. Denah dan semua elemen yang ada dalam masjid berada dalam susunan simetris.
Atap ruang utama masjid sangat unik, dan menunjukkan adanya pengaruh India, dimana arsiteknya berasal. Keunikan itu berupa deretan melintang dan membujur dari kubah-kubah. Kubah berbentuk bawang, berbaris empat mengarah kiblat dan berbaris tiga dengan arah melintang. Secara keseluruhan kubahnya berjumlah 12.Jikaditambah dengan kubah di atas beranda depan pintu masuk utama, maka jumlahnya menjadi 13.
Masjid memiliki 4 buah menara, posisinya berada di setiap sudut ruang utama sembahyang, dengan bentuk yang hampir sama. Puncak menara berbentuk sangat runcing seperti pensil.Tampaknya menara ini dipengaruhi oleh menara-menara masjid di Turki,yang sebenarnya berasal dari gaya arsitektur Bizantium. Hal yang sedikit membedakan, menara masjid di Turki runcing, tinggi dan ramping, sementara menara Masjid Sultan Riau di Penyengat hanya runcing, namun tidak tinggi dan ramping (gemuk).
Mengenai arti jumlah kubah yang mencapai 13 buah,ada yang mengatakan bahwa jumlah tersebut melambangkan rukun masjid, dan jika ditambah dengan jumlah menara yang empat, maka jumlahnya menjadi 17.Ini melambangkan jumlah rakaat shalat fardlu dalam sehari semalam. Bangunan masjid ini seluruhnya terbuat dari beton.Di bagian dalam ruang utama,terdapat empat buah tiang utama.Cerita masyarakat tempatanmenyebutkan, untuk membangun masjid ini, terutama untuk memperkuat beton kubah, menara dan bagian tertentu lainnya, dipergunakan bahan perekat dari campuran putih telur dan kapur.
Perencana berdasarkan cerita turun temurun masyarakat tempatan, konon arsitek Masjid Penyengat adalah seorang keturunan India yang bermukim di Singapura. Namun, tidak ada yang mengetahui secara pasti, siapa nama arsitek tersebut.
3.                   Meriam Tegak
Sebuah meriam tegak warisan sejarah masa lampau yang terletak di kotaDabo Singkep ini , menyimpan misteri yang belum bisa di tolerir akal sehat manusia , karena dari dulu sampai sekarang meriam tegak ini tidak pernah bisa dicabut oleh manusia (pemerintah daerah juga ) walau telah mengerahkan alat berat sekali pun tapi dia tidak bisa tercabut .
Menurut kepala desa batu berdaun, tempat dimana meriam tegak itu berada , bahwa “ waktu itu kalau tidak salah meriam tegak itu akan di pindahkan lokasinya ke kantor camat singkep, upaya pemindahan dengan menggunakan alat berat eskavator tersebut gagal tanpa sebab pasti, alat berat itu macet berkali-kali , bahkan ketika dipaksakan juga bagian tangan eskavator itu bengkok ketika berusaha untuk membongkar meriam tegak tersebut. Sehingga usaha pemindahan itu gagal dan kalau tidak salah udah hampir dua kali dilakukan. “ kata sukardi , selasa 29-6-2010.(koran lokal sm)
Mengenai asal atau sejarah meriam tegak itu, sampai saat ini belum ada kepastian atau catatan tertulis, namun ada sumber dari orang tua terdahulu, bahwa meriam itu di tanam oleh keturunan raja bernama ncek walek. Namun untuk menjaga benda langka tersebut pemkab lingga menganggarkan anggaran untuk melestarikannya dengan membuat teralis dan dipasang paping blog agar terlihat cantik dan terjaga.
 4. Bekas Istana Damnah
Yang tersisa dari bangunan yang dahulunya sangat megah ini hanyalah tangga muka, tiang-tiang dari sebahagian tembok pagarnya yang seluruhnya terbuat dari beton. Sekarang puing istana ini terletak dalam hutan belantara yang disebut kampung Damnah. Istana Damnah didirikan oleh Raja Muhammad Yusuf AI-Ahmadi, Yang Dipertuan Muda Riau X (1857-1899).
4.       Kerajaan Riau Lingga
Raja-raja Kerajaan Riau-Lingga yang memerintah kerajaan selama periode pusat kerajaan di Daik Lingga yaitu :
·                     Sultan Abdurakhman Syah (1812-1832)
·                     Sultan Muhammad Syah (1832-1841)
·                     Sultan Mahmud Muzafar Syah (1841-1857)
·                     Sultan Sulalman Badrul Alam Syah II (1857-1883)
·                     Sultan Abdurrakhman Muazzam Syah (1883-1911)

x
Tingginya tingkat konflik di Selat Malaka, mengakibatkan kerajaan-kerajaan harus melengkapi keberadaanya dengan berbagai sistem pertahanan. Sistem pertahanan keamanan yang diterapkan oleh Kerajaan Lingga diantaranya adalah membangun pos-pos pertahanan, yang sampai saat ini masih dapat kita jumpai yaitu berupa tanggul-tanggul tanah yang dilengkapi dengan beberapa meriam untuk menjaga akses masuk ke kerajaan. Tanggul-tanggul tanah itu diantaranya adalah di Pulau Mepar, Bukit Cening, Kuala Daik dan tanggul tanah yang terdapat di Pabean.